Puisi adalah susunan kalimat, bait-bait bagus nan mengandung estetika, kelembutan, dan kejernihan mata hati dalam memandang beragam perspektif pandang. Puisi seringkali menggunakan metafora bahasa nan cukup hiperbolik, lantaran puisi berlayar penuh pada peran khayalan logika dan dalamnya hati. Seringkali puisi dianggap sebelah mata, lantaran style bahasanya nan cukup melankolis, menimbulkan dugaan pembaca bahwa puisi hanya karangan cerita hati belaka, dengan masa nan sangat temporal, dan tidak memenuhi kriteria akademik berjangka panjang.
Meski nyatanya, jika ditelisik lebih dalam, bumi puisi mempunyai medan nan lebih luas daripada sastra akademik. Dunia puisi tak terbatas bakal pemilahan variable kata dan kalimat. Bahkan, dengan keluwesan bahasa puisi, dia bisa menyembunyikan rahasia-rahasia kehidupan dengan struktur kalimatnya nan hanya bisa dipahami dengan keterbukaan mata hati.
Sama seperti puisi-puisi Rumi. Jalaludin Rumi, sufi Persia nan seringkali menjadi rujukan akademisi dan penyair Nusantara. Tidak hanya membaca, mengutip, tetapi juga mengulas rahasia-rahasia konsep seminal kehidupan dalam bait-bait puisinya. Seperti penggalan puisinya; huruf-huruf hijaiyah.
Dalam susunan huruf hijaiyah, Alif adalah huruf pertama, awal segala huruf arab, huruf nan menjadi tanda mula bahasa al Quran. Sama halnya dalam alphabet, huruf vokal “A” mengawali semua huruf konsonan dan vokal lainnya. Alif terbuat dari satu garis lurus tanpa lekukan, dalam suatu penggalan puisi Rumi, dia menggambarkan bahwa Alif senantiasa tegak, apalagi tegaknya seumpama keteguhan seorang muslim ketiga takbir tak tergoyahkan;
Alif itu mula bicara
Ibarat Satu, alpha, dan omega
Tanpa titik tanpa rupa
Hanya tegak pembuka rahasia
Semua kalimat, huruf, mempunyai bunyi dan rahasia. Alif dikatakan sebagai awal mula bicara, seperti halnya manusia pertama kali bicara, awal kata nan bisa dia ucapkan adalah saat membuka mulut lebar-lebar dan terucap huruf “A” tanpa dia sadari. Alif adalah pembuka rahasia, lantaran setelahnya terpapar huruf-huruf lainnya, huruf nan menjadikan manusia bisa berkata, berbicara, berdiskusi, dan menyingkap rahasia alam. Tanpa Alif, manusia tidak bisa berkembang dan berevolusi. Maka, pentinglah kedudukan Alif dalam struktur kalimat. Penting pula meneladani sifat dan karakter Alif untuk praktik kehidupan dalam keberagaman budaya dan tradisi.
Alif hanya berbentuk garis, tanpa titik tanpa rupa. Hemat kata, arsitektur huruf Alif berbeda dengan huruf lainnya. Jika huruf lainnya terbentuk dengan adanya kumpulan titik dan lengkungan alias rupa lainnya, maka Alif tidak. Ia hanya terbentuk dengan satu garis, tidak berbelok dan tidak menyimpang. Dengan perspektif ini, Rumi mau menegaskan pula, bahwa sepantasnya siapapun manusia nan menjadi pemimpin alias dianggap pemimpin oleh sekelilingnya, dia kudu mempunyai karakter Alif. Berdiri tegak, tidak mudah tergoyahkan, dia bisa membikin keputusan, tidak mudah lalai lantaran perspektif pandang nan berbeda.
Dalam Asraru-Shalah, Moh. Yamin, dia menuturkan prinsip tegaknya shalat, keutuhan dan konsistensi seumpama seperti huruf Alif. Lurusnya ruku’ seperti huruf Lam, ontologi corak sujud seperti huruf Lam Akhir, dan tenangnya duduk dalam shalat seumpama huruf Ha. Penggambaran ini mengingatkan bahwa agaknya muslim nan selalu melaksanakan shalat, kudu senantiasa menegakkan dan menguatkan keteguhan dalam pendiriannya. Tidak terganggu oleh khayalan pikiran alias apalagi bunyi lain di luar dirinya.
Tanpa alif ba tidak dikenal
Titiknya jelas tidak disangkal
Hanya satu titiknya terbungkal
Mula mengandung dhat nan asal
Penggalan puisi selanjutnya, tanpa Alif, ba’ tak dikenal. Tentu, tanpa mempelajari dan menekuni konsistensi dan kemandirian dalam berpikir, manusia tidak bakal bisa mengenal langkah-langkah selanjutnya dalam menjalani kehidupan. Mengenal huruf lainnya, seperti ba’, ta’ hingga akhir dapat dimaknai untuk mengenal bagian dan pengalaman lainnya dalam hidup. Dalam Islam, shalat adalah tiang agama, dia adalah ibadah nan bakal dipertanggungjawabkan pertama kali. Mengenal corak tegak berdirinya takbir, aktivitas berdiri pertama dalam shalat sama halnya menegakkan rukun-rukun shalat selanjutnya.
Menekuni karakter huruf Alif tidaklah sulit. Sama halnya belajar membaca pola huruf Alif itu sendiri. Tetapi, menjalani karakter seperti huruf Alif tidaklah mudah. Huruf Alif adalah satu-satunya huruf dalam hijaiyah nan tegak tanpa perspektif dan garis lekukan lainnya, menandakan tegaknya Alif adalah suatu perihal nan minor, dan bukan perihal nan mudah dilakukan jika belum terbiasa. Keteguhan Alif menjadi awal mula penanda bagi manusia dalam mengawali segala hal. Bahwa teguh dalam pendirian, kuat dalam prinsip adalah tunas pertama memahami dan membuka rahasia kata kunci konsep kehidupan.
Mari menekuni sifat dan karakter huruf Alif. Pesan puisi bagus itu sampai pada mata hati kita. Tanda artinya bahwa Maha Kuasa mau kita meneladani karakter huruf Alif, berapapun usia kita, bagaimanapun kondisi kita.
Bahan bacaan:
Baharuddin Ahmad, Rangkaian Sastera Sufi, ISTAC-IIUM, 2008
Moh. Yamin, Asraru Ash-Shalah: Rahasia Hakekat Sembahyang

6 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·